A. Hakikat Iman
Ada yang menyamakan dan membedakan istilah iman dan
aqidah, bagi yang membedakan, aqidah adalah bagian dalam dari iman. Iman
menyangkut aspek dalam dan luar, aspek dalam berupa keyakinan dan aspek luar
berupa pengakuan lisan dan pembuktian dengan amal. Menurut jamiyah dan Asy’ariyah
iman adalah at-tashdiq (membenarkan dalam hati) karena iman dan taqwa dua
istilah yang besinonim . Sedangkan pendapat imam Abu Hanifah yang mengatakan bawha iman adalah I’tiqad , sedanglan amal adalah bukti
iman. Menurut ulama Salaf (termasuk imam
Ahmad, Malik, dan Syafi’i) iman adalah
: “at-tashdig bil – qalb wal-iqrar bil- lisan wal’amal bil-jawarih”, ”
Sesuatu yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan
anggota tubuh”. Dari itu iman dan aqidah tentu tidak persis sama.
Apabila istilah iman berdiri sendiri
maka yang dimaksud adalah iman yang mencakup dimensi hati, lisan dan amal,
seperti yang dinyatakan oleh Allah SWT dalam QS Al Mukminun ayat 1-11, Yunahar
Ilyas (2001). Bila iman di rangkai dengan amal shaleh, maka iman berarti ‘itiqad
atau aqidah. Makai man di atas tidaklah bersifat prinsipil, tetapi hanyalah
masalah redaksi. Mereka sepakat bahwa amal adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari iman.
A. Hubungan Iman,
Ilmu dan Amal
Ilmu dalam sains terbagi menjadi dua, ilmu dharuri ialah
ilmu yang dihasilkan oleh indera, dan tidak memerlukan dalil. Sedangkan ilmu
yang memerlukan dalil atau pembuktian disebut ilmu nazhari. Segala sesuatu yang
kebenarannya perlu dalil dan pembuktian, tetapi karena sudah sangat umum dan
mendarah daging maka kebenaran itu tidak lagi perlu pembuktian itu lah yang
disebut badihiyah.
Terkait dengan ilmu Al-Qur’an dan hadis memberikan
tempat begitu mulia. Ada banyak ayat yang menunjukkan hal ini baik secara
tersirat maupun tersurat dalam QA. Al Baqarah (2) :30-34, Allah memberikan
gambaran tetang awal penciptaan Adam, Allah mengajrkan kepada Adam tentang
nama-nama benda. Balada penciptaan manusia ini berlanjut dengan simbolisasi
Adam sebagai manusia, nama-nama benda berarti sains (ilmu), padahal malaikat
sendiri tidak tahu pada nama-nama benda itu. Karena posisi malaikat lebih
rendah , maka Allah memerintahkan semua agar memberi hormat kepada Adam dan
mereka melakukan pula, kecuali syaitan yang ingkar dan oleh karenanya mendaoat
kutukan. “Memberi hormat” merupakan simbol pengakuan atas keunggulan sains yang
dimiliki manusia, tapi dalam hal kesalehan, karena malaikat memuji Allah siang
malam bias jadi mereka lebih baik dari pada Adam.
Dalam menuntut ilmu harus bersungguh-sungguh dan tidak
dapat lepas dari iman,Ketika menuntut ilmu pun, iman harus terus ditingkatkan.
Diusahakan dengan kuat dan sungguh-sungguh agar iman meningkat naik, tidak
meluncur turun, Iman kepada Allah, risalahNya dan hari akhir yang tertanam
kokoh dalam setiap individu akan membuat akhlak terpuji. Iman yang menjadi
landasan dasr tempat bertumpu segenap aktivitas di tengah kehidupan akan
melahirkan perilaku dan amal shaleh. Iman yang merupakan kebutuhan pokok bagi
setiap individu akan mengantarkan kepada pemiliknya untuk mendapatkan ketentraman dan kebahagian
dalam kehidupan. Iman pula yang akan membawa siapa yang meyakininya dapat
merealisasikan kerjasama, tolong menolong, dan membangun dalam kehidupan
bermasyarakat. Di samping itu iman merupakan kebutuhan untuk mendidik jiwa yang
gelisah atau nurani yang dinamis, juga untuk menguatkan semangat beragama dalam
menghadapi dorongan hawa nafsu, dan menumbuhkan faktor kebaikan dalam
menghadapi dorongan keburukan. Selanjutnya iman dapat melipatgandakan potensi
manusia dalam bekerja dan membangun sehingga ia dapat bekerja sekian kali lipat
enegri biasanya jika kekuatan imannya telah sampai tingkat yang tinggi diiringi
tekad yang membaja.
Ilmu pasti menimbulkan amal , dengan kata lain, amal
merupakan bukti dari ilmu. Jangan sampai ilmu yang dimiliki tidak membuahkan apa-apa “ Al Ilmu
bila’amalin kasyisyajari bika tamarin.” Ilmu apabila tidak di amalkan seperti
pohon tidak berbuah. Sementara itu amal yang kita lahirkan bukanlah amal yang
asal ketemu, tetapi amal yang direncanakan, dan diselenggarakan berdasarkan
ilmu. Beramal secara ilmu atau memiliki kaidah ilmu. Seperti diingatkan Allah
dalam frimNnya yang berbunyi: “Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
memiliki ilmu tentangnya . Sesungguhnya pendengaran , penglihatan dan hati
semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabannya.” Ayat tersebut melarang
manusia beramal tanpa ilmu. Rasulullah bersabda : “Kerusakan umatku dalam
(karena) dua perkara : meninggalkan ilmu dan menimbun harta.” Bahwa orang yang
materialis pasti menimbulkan kerusakan.
Makna amal berasal dari kata ‘amala artinya perbuatan.
Menurut bahas amal berarti perbuatanm pekerjaan, perbuatan, perlakuan, dan
tindakan, sedangkan menurut istlah adalah melakukan sesuatu dengan niat.
Perbuatan yang dilakukan oleh manusia dan jin dalam rangka mencari keridhaan
Allah SWT merupakan amal shaleh. Dalam Al-qura’an ada 56 kata beriman misalnya
dalam QS. Al-Baqarah (2) : 62,82,277 dimakna makna dari ayat-ayat tersebut
mengandung arti bahwa amal shaleh yang dilandasi dengan iman akan
mendapatkan balasan surga, karunia dan
ampunan dari Allah. Pernyataan dari ketiga ayat di atas hanya akan di ketahui
oleh orang yang berilmu, orang yang membaca dan belajar tentang isi Al-qur’an.
Allah tidak menyukai orang yang menyombongkan diri, kafir enggan beramal shaleh
dan bagi mereka aka nada balasan yang setimpal dengan apa yang telah dilakukan.
Iman merupakan keyakinan yang tertanam dalam hati yang berupa sikap afektif,
dan ilmu yang dimiliki oleh manusia berkaitan dengan potensi akal yang dimilki
serta amal bagi manusia sangat tergantung dari iman dan ilmu yang dipahami.
Semakin berkualitas keimanan seseorang juga kedalaman ilmunya, maka akan
tercermin pula kualitas dan kuantitas amal shalehnya. Sebaliknya semakin rendah
keimanan seseorang , semakin dangkal ilmu yang difahami maka semakin rendah
amal shaleh dan berarti semakin banyak kemaksiatan yang dilakukan.
B. Karakterisitik dan
sifat orang beriman
Karakteristik adalah ciri-ciri umum yang dimiliki dari
keseluruhan perilaku seseorang, cara pandangnya terhadap berbagai permasalahan
esensial seperti Tuhan, alam, manusia dan kehidupan, serta interpretasinya
terhadap berbagai peristiwa, Karakteristik terbentuk dari pendidikan yang terus
menerus diterima oleh manusia sehingga menjadi sebuah karakter yang spesifik , mudah
dikenal dan difahami,
Al-akhlaq al-karimah yang seharusnya
dilakukan hamba terhadap Tuhannya telah di tunjukkan oleh Tuhan melalui wahyu
(kitab suci), utusan (Rasul), hidayah (hati nurani) dan potensi pembeda antara
yang hak dan yang bathil dalam diri manusia (akal). Sebagaimana dikemukakan di
muka, al-akhlaq itu berupa: iman, islam, taqwa, ihsan, ikhlas, tawakkal,
syukur, shabr, tawbat, dzikir dan ridha. Itulah karakteristik orang yang
beriman
1.
Iman
Iman memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia pada umumnya, bukan dalam kehidupan religius semata. Tanpa iman kita
tidak dapat hidup sebagaimana layaknya manusia seperti menyelenggarakan lembaga
perkawinan, pendidikan, perdagajngan, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam
kehidupan religius, iman disini diartikan sebagai sikap batin yang teguh, kokoh
dan tak tergoyahkan dalam mempercayai eksistensi Tuhan serta menaruh
kepercayaan dan mengandalkan diri pada-Nya. Iman paling tidak memiliki tiga
dimensi: Intelektual, spiritual dan social. Dimensi Intelektual menyangkut
pemahaman manusia dan eksistensi dan keterlibatan tuhan dalam kehidupan
manusia.Iman juga mempunyai dimensi spiritual. Adanya kepercayaan dalam hidup
ini menggambarkan bahwa manusia itu memiliki keyernayasan sehingga harus menyerahkan
kepercayaan pada yang lain. Seandainya manusia itu mampu memenuhi segala
kebutuhannya secara mandiri tentulah tidak memerlukan kepercayaan.
Kepercayaan manusia kepada Tuhan didasarkan pada dua
persoalaan mendasar yaitu yang pertama: Kelemahan atau keterbatasan pada
dirinya sehingga harus mangandalkan diri atau menggantungkan diri pada yang
lain dalam hal ini Tuhan tempat bergantung . Kedua, Tuhan yang dipercayai dan
lebih dari itu manusia menaruh kepercayaan kepadaNya adalah Tuhan yang memang
dapat dan pantas dipercaya. Iman juga harus memiliki dimensi sosial. Iman harus
melahirkan keterlibatan, pergumulan dan penghidmatan dengan persoalan-persoalan
hidup aktual. Iman di ekspresikan bukan hanya saat beribadah, berdoa dan dalam
keadaan susah, melainkan pada setiap saat dan di seluruh dimensi kehidupan.
Iman bukan hanya menyangkut budi, tetapi dalam seluruh dimensi kebudayaan
manusia: cipta, rasa, karsa, dan karya. Iman harus melahirkan amal shaleh, iman
harus menyelamatkan kehidupan dan sebaliknya semua dimensi kehidupan haruslah
mencerminkan nilai-nilai keimanan.
2.
Islam
Kata islam memiliki dua pengertian
yaitu islam dalam pengertiannya yang normatif-etimologis dan islam dalam
pengertian yang definitif yaitu nama agama yang dibawa oleh Muhammad Saw sebagai
agama wahyu yang terakhir. Konsep islam sebagai tindakan etis yang seharusnya
dilakukan seorang manusia terhadap Tuhannya dalam pembahasan ini adalah islam
dalam pengertiannya yang normative-etimologis. Dalam pengertian ini islam
berarti berasal dari kata aslama yang berarti suatu sikap batin untuk tunduk,
pasrah atau keyakinan yang dalam bahwa segala sesuatu yang datang dari Tuhan
adalah suatu kebajikan bagi hamba-Nya
Sikap
pasrah disini tidak ada hubungannya dengan sikap”pasrah” dalam arti tidak mau berikhtiar
dengan sungguh-sungguh atau tidak profesional untuk mencari karunia Allah.
Sikap pasrah dalam arti malas dantidak profesional itu sungguh dikecam oleh
islam sebagai sikap lari dari tanggung jawab yang merupakan bagian dari
sifat-sifat orang munafik.
3.
Taqwa
Secara etimologi taqwa memiliki
arti yang komplek dan serba mencakup : takut kepada Tuhan , melindungi diri
dari kehancuran, menjaga kualitas amal, berhati-hati dan waspada terhadap
bahaya moral. Taqwa berarti takut kepada Allah seraya melaksanakan semua
perintahNya dan menjauhi laranganNya . Dalam hal ini izutsu memberikan
penjelasan – setelah mengkaji konteks masyarakat arab pra islam yang memiliki
sikap congkak dan sombong – mengatakan, taqwa
diartikan takut dalam rangka memusnahkan sikap congkak dan sombong itu.
Arti taqwa sesungguhnya menurut izutsu ialah “Takut terhadap tanggung jawab.”
Beriman dan berislam secara berkualitas akan melahirkan ketakwaan.
Konsep taqwa memiliki tiga dimensi:
spiritual, intelektual dan sosial. Dimensi spiritual menyangkut komitmennya
yang tinggi terhadap nilai-nilai kebenaran. Dimensi intelektual menyangkut
kemampuan untuk berfikir bebas. Dimensi sosial menyangkut
kemampuannya untuk melakukan pembaharuan dalam kehidupan masyarakat.
4.
Ikhlas
Ikhlash adalah sikap tulus dan
murni dalam tingkah laku dan perbuatan , semata-mata demi memperoleh ridha dari
Allah, bebas dari pamrih atau agenda-agenda tersembunyi di balik perbuatan itu
untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Ikhlas dalam berbuat dan berkarya
tidak dapat muncul begitu saja. Secara islam ikhlash dapat lahir dari panggilan
keimanan dan ketaqwaan yang dalam serta sifat qana’ah. Sedangkan secara ilmiah
sikap ikhlash lahir dari orang yang berjiwa besar memiliki idiealisme dan
profesionalisme (keahlian komitmen dan dedikasi).
5.
Tawakkal
Kata
Tawakkal yang arti leksikalnya adalah bersandar, mewakilkan, menjaminkan dan
menanggungkan, mempercayakan, dan menyerahkan. Tawakkal adalah berarti menyandarkan dan menjaminkan (diri/suatu
urusan) kepada Allah. Sedangkan Menurut Istilah, tawakkal adalah sikap
senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh harapan kepadaNya dan keyakinan
bahwa Dia akan menolong dan menjamin kita dalam mencari dan
menemukan jalan
yang terbaik .
Tawakkal adalah bagian dari etika religius manusia terhadap
Tuhan , karena tawakkal merupakan implementasi iman yaitu menaruh kepercayaan
kepada Allah dan Islam,memasrahkan diri dan urusan yg dihadapi kepada Allah
serta sangat bermanfaat bagi peaku itu sendiri maupun bagi sesama.
6.
Syukur
Syukur
adalah sikap penuh rasa terima kasih dan penghargaan atas segala kebaikan tuhan
terhadap hambanya yang tak terbatas.sikap syukur merupakan manifestasi keimanan
dan keikhlasan yang mendalam sehingga munculnya perilaku baik sangka(husn
al-dhann)dan berpengharapan(raja’)
Kepada Allah.sikap
bersyukur selain ketika mendapat nikmat juga ketika sedang mendapatkan
ujian/cobaan dari Allah,dengan bersyukur akan membuat hidup lebih bahagia dan
sukses.
7.
Sabar
Sabar
adalah sikap tabah,ulet,tekun,teliti,hati-hati,tidak gegabah dan tidak keburu
nafsu dalam menghadapi kepahitan hidup ,dalam menjalankan amanah yang
dijalankannya.orang yang sabar adalah orang yang sadar bahwa kehidupan ini
memiliki tujuan dan untuk mencapai tujuan itu banyak sekali
rintangan,hambatan,ancaman bahkan cobaan (baik kecil maupun besar).
Orang
yang sabar adalah orang yang tidak menghindar dari halangan dan rintangan itu ,tetapi
berusaha menghadapi memecahkan rintangan itu secara arif dan bijaksana serta
mengambil hikmah dibalik semua itu.sifat sabar harus dilatih dengan cara
mengendalikan diri dari tergesa-gesa,egois,dan suka memaksakan kehendak.sabar
merupakan manifestasi dan sekaligus akumulasi dari iman,islam,tawakkal dan
ikhlas.dengan sabar seseorang bisa teguh dalam memegang
prinsip,istiqomah(konsisten)dalam tugas,berpikir positif dan dedikasi dalam
mencapai kebersihan.
8.
Taubat
Taubat
berasal dari kata taba,berarti kembali kepada jalan Tuhan atau perbuatan
terpuji,sedangkan yang dimaksud Taubat adalah sikap penuh keyakinan dan
kesadaran akan kebenaran jalan tuhan dan bertekad menuju jalan kebajikan
(kebenaran/jalan yang diridhoi allah)setelah tersesat di jalan kenistaan
disertai rasa penuh harap akan diampuni Allah SWT.Taubat meliputi tiga hal :
1.
Menyadari
kebenaran jalan ilahi sebagai jalan hidup terpuji
2.
Menyesali
kesalahannya yang menyebabkan hidupnya tercela
3.
Bertekad
tidak mengulangi kesalahan dan kembali ke jalan kebenaran.
Taubat merupakan keniscayaan dalam
hubungan manusia dan Tuhan karena manusia itu makhluk dha’if (lemah di hadapan
Allah)dengan bertaubat manusia menemukan jati dirinya sebagai makhluk yang
fitri dan hanif yang berarti melakukan penyucian dan pencerahan batin dengan
nur ilahi(cahaya Tuhan).karena Allah menyukai hambanya yang bertaubat dan
menyucikan diri dan akan mencurahkan
rahmat dan rizkinya yang tak terbatas
9.
Dzikir
Dzikir berarti ingat,eling,sadar
atau menyebut,dzikru’lah berarti ingat kepada Allah,menyadari kehadiran
Allah,menyebut asma Allah. Sedangkan Secara istilah, dzikir adalah sikap batin
untuk senantiasa menghadirkan Allah dalam segala aktivitas. Orang yang mampu berdzikir seperti
itu al-Qur’an memujinya sebagai Ulul Albab atau orang yang berhasil mencapai
puncak spiritualitas
Dzikir dengan demikian merupakan
etika religius yang sangat penting dalam islam. Bahkan mendirikan shalat yang
dikatakan sebagai tiang agama dan penentu kualitas amal dan kemusliman
seseorang, merupakan sarana untuk berdzikir :”Tegakkanlah shalat untuk
berdzikir kepada-Ku”.Dalam ayat lain dikatakan orang yang pelit untuk berdzikir dikatakan sebagai orang
munafik dan orang yang tidak mau berdzikir (melupakan) Allah adalah orang
fasik. Dengan berdzikir kepada Allah seseorang dapat tercegah dari perbuatan
keji dan munkar, hati akan tenteram dan puncaknya akan melahirkan kepribadian
yang kokoh dan budi pekerti luhur
C. Hal-hal yang Dapat
Merusak dan Meniadakan Iman
1.
Syirik
Syirik Secara etimologi berarti
menyekutukan atau menyamakan, dan secara terminology berarti menyamakan selain
Allah dengan Allah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan Allah, misalnya
berdoa kepada selain Allah di samping berdoa kepada Allah mempersembahkan
ibadah kepada selain Allah . Selain itu
syirik adalah meyakini ada yang bisa memberi manfaat dan bahaya selain Allah,
meminta perlindungan kepada selain Allah, mengharapkan berkah dan takut kepada
hal-hal yang di anggap keramat seperti pohon, batu, kuburan, orang yang telah
mati, percaya pada ramalan dukun, paranormal termasuk ramalan bintang.
Syirik merupakan perbuatan yang
dilarang keras oleh islam dan merupakan dosa yang tidak diampuni oleh Allah.
Dalam al-Quran Allah Swt menyebut syirik sebagai kezhaliman yang besar :
أَنِ
اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya:
“… Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang
besar”\
Hal itu karena dengan perbuatan
syirik berarti menempatkan sesuatu seperti ibadah bukan pada tempatnya. Ibadah
yang seharusnya di peruntukkan hanya bagi Allah oleh orang yang berbuat syirik di
peruntukkan bagi yang lain. Selain itu Allah juga menyatahkan bahwa syirik akan
menghapus pahala segala amal kebaikan
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ
عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya
: “Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka
amalan yang tekah mereka kerjakan”
2.
Takabur
atau sombong
Lawan dari sifat tawadhu’ adalah takabur atau sombong.
Yaitu sikap menganggap diri lebih dan meremehkan orang lain. Karena sikapnya
itu orang sombong akan menolak kebenaran, kalau kebenaran itu datang dari pihak
pihak yang statusnya di anggap lebih rendah dari dirinya. Karena orang yang
sombong selalu menganggap dirinya benar, maka dia tidak mau menerima kritikan dan nasehat orang
lain. Dia akan menutup mata terhadap kelemahan dirinya , dia akan menutup
telinganya kecuali untuk mendengar pujian-pujian terhadap dirinya.
Sifat sombong adalah sifat warisan iblis yang menolak
Allah SWT untuk sujud kepada Adam As. Iblis mengklaim dirinya lebih mulia dari
Adam, karena Adam diciptakan dari tanah sedangkan dia diciptakan dari api,
padahal menurut iblis api lebih mulia dari tanah (Qs. Al-Baqarah 2:34)
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُواْ
لآدَمَ فَسَجَدُواْ إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ
الْكَافِرِينَ
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika kami
berfirman kepada para malaikat : sujudlah kamu kepada Adam maka sujudlah mereka
kecuali iblis ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang orang
yang kafir”
Karena
kesombongannya itu iblis dikutuk oleh Allah SWT, dan karena kesombongannya itu
pula dia tidak berniat untuk meminta ampun kepada Allah SWT. Oleh sebab itu
para ulama mengatakan sifat sombong adalah induk dosa-dosa.
3.
Khianat
Lawan
dari amanah adalah khianat, sebuah sifat yang sangat tercela. Sifat khianat
adalah sifat kaum munafik yang sangat dibenci oleh Allah SWT, apalagi kalau
yang di khianatinya adalah Allah dan Rasul-Nya Oleh sebab itu Allah melarang
orang-orang yang beriman mengkhianati Allah, Rasul dan amanah mereka sendiri
Firmannya:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا
أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan juga janganlah kamu
mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”.
Bahkan penghianatan pun tidak boleh
dibalasa dengan pengkhianatan
4.
Pembohong
(pendusta)
Sifat bohong adalah sifat yang tercela yang merupakan
kebalikan dari shidiq. Seorang muslimin harus menjauhi segala macam bentuk
kebohongan, baik dalam bentuk pengkhianatan, mungkir janji, kesaksian palsu,
fitnah,, gunjing, ataupun bentuk bentuk lainnya. Berikut ini di uraikan beberapa
bentuk kebohongan yang biasa terjadi ditengah masyarakant :
a.
Mungkar
janji
Sifat mungkar
janji menunjukkan pelakunya memiliki kepribadian yang lemah. Sifat itu mencabut
kisah sayang dan mendatangkan kemudhratan.
b.
Kesaksian
palsu
Kesaksian palsu
mendantangkan kemudhratan besar bagi masyrakat. Orang yang tidak bersalah bisa
dijatuhi hukuman berat, nyawa bisa melayang, harta benda bisa hilang, semua
karena kesaksian palsu.
c.
Fitnah
Fitnah akan
mendatangkan mudharat yang besar bagi masyarakat. Oleh karena itu, Allah SWT
memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk tabayyun (Menyelidiki
kebenaran suatu berita)
5.
Jaza’
Lawan dari sifat sabar adalah al-jaza’ yang berarti
gelisah, sedih keluh kesah . cemas, dan putus asa, sebagaimana dalam firman
Allah :
إِنَّ
ٱلْإِنسَٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا (١٩)إِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ جَزُوعًا (٢٠)وَإِذَا
مَسَّهُ ٱلْخَيْرُ مَنُوعًا (٢١)إِلَّا ٱلْمُصَلِّينَ (٢٢)
Artinya
: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir apabila ia
ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat
kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat”
0 komentar:
Posting Komentar