Rabu, 23 Desember 2015

,

Hakikat Iman


A. Hakikat Iman
Ada yang menyamakan dan membedakan istilah iman dan aqidah, bagi yang membedakan, aqidah adalah bagian dalam dari iman. Iman menyangkut aspek dalam dan luar, aspek dalam berupa keyakinan dan aspek luar berupa pengakuan lisan dan pembuktian dengan amal. Menurut jamiyah dan Asy’ariyah iman adalah at-tashdiq (membenarkan dalam hati) karena iman dan taqwa dua istilah yang besinonim . Sedangkan pendapat imam Abu Hanifah yang mengatakan bawha iman adalah I’tiqad , sedanglan amal adalah bukti iman. Menurut ulama Salaf (termasuk imam  Ahmad, Malik, dan Syafi’i) iman adalah  : “at-tashdig bil – qalb wal-iqrar bil- lisan wal’amal bil-jawarih”, ” Sesuatu yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh”. Dari itu iman dan aqidah tentu tidak persis sama.
            Apabila istilah iman berdiri sendiri maka yang dimaksud adalah iman yang mencakup dimensi hati, lisan dan amal, seperti yang dinyatakan oleh Allah SWT dalam QS Al Mukminun ayat 1-11, Yunahar Ilyas (2001). Bila iman di rangkai dengan amal shaleh, maka iman berarti ‘itiqad atau aqidah. Makai man di atas tidaklah bersifat prinsipil, tetapi hanyalah masalah redaksi. Mereka sepakat bahwa amal adalah bagian yang tidak terpisahkan dari iman.

A. Hubungan Iman, Ilmu dan Amal
Ilmu dalam sains terbagi menjadi dua, ilmu dharuri ialah ilmu yang dihasilkan oleh indera, dan tidak memerlukan dalil. Sedangkan ilmu yang memerlukan dalil atau pembuktian disebut ilmu nazhari. Segala sesuatu yang kebenarannya perlu dalil dan pembuktian, tetapi karena sudah sangat umum dan mendarah daging maka kebenaran itu tidak lagi perlu pembuktian itu lah yang disebut badihiyah.
Terkait dengan ilmu Al-Qur’an dan hadis memberikan tempat begitu mulia. Ada banyak ayat yang menunjukkan hal ini baik secara tersirat maupun tersurat dalam QA. Al Baqarah (2) :30-34, Allah memberikan gambaran tetang awal penciptaan Adam, Allah mengajrkan kepada Adam tentang nama-nama benda. Balada penciptaan manusia ini berlanjut dengan simbolisasi Adam sebagai manusia, nama-nama benda berarti sains (ilmu), padahal malaikat sendiri tidak tahu pada nama-nama benda itu. Karena posisi malaikat lebih rendah , maka Allah memerintahkan semua agar memberi hormat kepada Adam dan mereka melakukan pula, kecuali syaitan yang ingkar dan oleh karenanya mendaoat kutukan. “Memberi hormat” merupakan simbol pengakuan atas keunggulan sains yang dimiliki manusia, tapi dalam hal kesalehan, karena malaikat memuji Allah siang malam bias jadi mereka lebih baik dari pada Adam.
Dalam menuntut ilmu harus bersungguh-sungguh dan tidak dapat lepas dari iman,Ketika menuntut ilmu pun, iman harus terus ditingkatkan. Diusahakan dengan kuat dan sungguh-sungguh agar iman meningkat naik, tidak meluncur turun, Iman kepada Allah, risalahNya dan hari akhir yang tertanam kokoh dalam setiap individu akan membuat akhlak terpuji. Iman yang menjadi landasan dasr tempat bertumpu segenap aktivitas di tengah kehidupan akan melahirkan perilaku dan amal shaleh. Iman yang merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu akan mengantarkan kepada pemiliknya  untuk mendapatkan ketentraman dan kebahagian dalam kehidupan. Iman pula yang akan membawa siapa yang meyakininya dapat merealisasikan kerjasama, tolong menolong, dan membangun dalam kehidupan bermasyarakat. Di samping itu iman merupakan kebutuhan untuk mendidik jiwa yang gelisah atau nurani yang dinamis, juga untuk menguatkan semangat beragama dalam menghadapi dorongan hawa nafsu, dan menumbuhkan faktor kebaikan dalam menghadapi dorongan keburukan. Selanjutnya iman dapat melipatgandakan potensi manusia dalam bekerja dan membangun sehingga ia dapat bekerja sekian kali lipat enegri biasanya jika kekuatan imannya telah sampai tingkat yang tinggi diiringi tekad yang membaja.
Ilmu pasti menimbulkan amal , dengan kata lain, amal merupakan bukti dari ilmu. Jangan sampai ilmu yang dimiliki  tidak membuahkan apa-apa “ Al Ilmu bila’amalin kasyisyajari bika tamarin.” Ilmu apabila tidak di amalkan seperti pohon tidak berbuah. Sementara itu amal yang kita lahirkan bukanlah amal yang asal ketemu, tetapi amal yang direncanakan, dan diselenggarakan berdasarkan ilmu. Beramal secara ilmu atau memiliki kaidah ilmu. Seperti diingatkan Allah dalam frimNnya yang berbunyi: “Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya . Sesungguhnya pendengaran , penglihatan dan hati semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabannya.” Ayat tersebut melarang manusia beramal tanpa ilmu. Rasulullah bersabda : “Kerusakan umatku dalam (karena) dua perkara : meninggalkan ilmu dan menimbun harta.” Bahwa orang yang materialis pasti menimbulkan kerusakan.
Makna amal berasal dari kata ‘amala artinya perbuatan. Menurut bahas amal berarti perbuatanm pekerjaan, perbuatan, perlakuan, dan tindakan, sedangkan menurut istlah adalah melakukan sesuatu dengan niat. Perbuatan yang dilakukan oleh manusia dan jin dalam rangka mencari keridhaan Allah SWT merupakan amal shaleh. Dalam Al-qura’an ada 56 kata beriman misalnya dalam QS. Al-Baqarah (2) : 62,82,277 dimakna makna dari ayat-ayat tersebut mengandung arti bahwa amal shaleh yang dilandasi dengan iman akan mendapatkan  balasan surga, karunia dan ampunan dari Allah. Pernyataan dari ketiga ayat di atas hanya akan di ketahui oleh orang yang berilmu, orang yang membaca dan belajar tentang isi Al-qur’an. Allah tidak menyukai orang yang menyombongkan diri, kafir enggan beramal shaleh dan bagi mereka aka nada balasan yang setimpal dengan apa yang telah dilakukan. Iman merupakan keyakinan yang tertanam dalam hati yang berupa sikap afektif, dan ilmu yang dimiliki oleh manusia berkaitan dengan potensi akal yang dimilki serta amal bagi manusia sangat tergantung dari iman dan ilmu yang dipahami. Semakin berkualitas keimanan seseorang juga kedalaman ilmunya, maka akan tercermin pula kualitas dan kuantitas amal shalehnya. Sebaliknya semakin rendah keimanan seseorang , semakin dangkal ilmu yang difahami maka semakin rendah amal shaleh dan berarti semakin banyak kemaksiatan yang dilakukan.

B. Karakterisitik dan sifat orang beriman
Karakteristik adalah ciri-ciri umum yang dimiliki dari keseluruhan perilaku seseorang, cara pandangnya terhadap berbagai permasalahan esensial seperti Tuhan, alam, manusia dan kehidupan, serta interpretasinya terhadap berbagai peristiwa, Karakteristik terbentuk dari pendidikan yang terus menerus diterima oleh manusia sehingga menjadi sebuah karakter yang spesifik , mudah dikenal dan difahami,
            Al-akhlaq al-karimah yang seharusnya dilakukan hamba terhadap Tuhannya telah di tunjukkan oleh Tuhan melalui wahyu (kitab suci), utusan (Rasul), hidayah (hati nurani) dan potensi pembeda antara yang hak dan yang bathil dalam diri manusia (akal). Sebagaimana dikemukakan di muka, al-akhlaq itu berupa: iman, islam, taqwa, ihsan, ikhlas, tawakkal, syukur, shabr, tawbat, dzikir dan ridha. Itulah karakteristik orang yang beriman
1.    Iman
Iman memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia pada umumnya, bukan dalam kehidupan religius semata. Tanpa iman kita tidak dapat hidup sebagaimana layaknya manusia seperti menyelenggarakan lembaga perkawinan, pendidikan, perdagajngan, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kehidupan religius, iman disini diartikan sebagai sikap batin yang teguh, kokoh dan tak tergoyahkan dalam mempercayai eksistensi Tuhan serta menaruh kepercayaan dan mengandalkan diri pada-Nya. Iman paling tidak memiliki tiga dimensi: Intelektual, spiritual dan social. Dimensi Intelektual menyangkut pemahaman manusia dan eksistensi dan keterlibatan tuhan dalam kehidupan manusia.Iman juga mempunyai dimensi spiritual. Adanya kepercayaan dalam hidup ini menggambarkan bahwa manusia itu memiliki keyernayasan sehingga harus menyerahkan kepercayaan pada yang lain. Seandainya manusia itu mampu memenuhi segala kebutuhannya secara mandiri tentulah tidak memerlukan kepercayaan.
Kepercayaan manusia kepada Tuhan didasarkan pada dua persoalaan mendasar yaitu yang pertama: Kelemahan atau keterbatasan pada dirinya sehingga harus mangandalkan diri atau menggantungkan diri pada yang lain dalam hal ini Tuhan tempat bergantung . Kedua, Tuhan yang dipercayai dan lebih dari itu manusia menaruh kepercayaan kepadaNya adalah Tuhan yang memang dapat dan pantas dipercaya. Iman juga harus memiliki dimensi sosial. Iman harus melahirkan keterlibatan, pergumulan dan penghidmatan dengan persoalan-persoalan hidup aktual. Iman di ekspresikan bukan hanya saat beribadah, berdoa dan dalam keadaan susah, melainkan pada setiap saat dan di seluruh dimensi kehidupan. Iman bukan hanya menyangkut budi, tetapi dalam seluruh dimensi kebudayaan manusia: cipta, rasa, karsa, dan karya. Iman harus melahirkan amal shaleh, iman harus menyelamatkan kehidupan dan sebaliknya semua dimensi kehidupan haruslah mencerminkan nilai-nilai keimanan.
2.    Islam
Kata islam memiliki dua pengertian yaitu islam dalam pengertiannya yang normatif-etimologis dan islam dalam pengertian yang definitif yaitu nama agama yang dibawa oleh Muhammad Saw sebagai agama wahyu yang terakhir. Konsep islam sebagai tindakan etis yang seharusnya dilakukan seorang manusia terhadap Tuhannya dalam pembahasan ini adalah islam dalam pengertiannya yang normative-etimologis. Dalam pengertian ini islam berarti berasal dari kata aslama yang berarti suatu sikap batin untuk tunduk, pasrah atau keyakinan yang dalam bahwa segala sesuatu yang datang dari Tuhan adalah suatu kebajikan bagi hamba-Nya
      Sikap pasrah disini tidak ada hubungannya dengan sikap”pasrah” dalam arti tidak mau berikhtiar dengan sungguh-sungguh atau tidak profesional untuk mencari karunia Allah. Sikap pasrah dalam arti malas dantidak profesional itu sungguh dikecam oleh islam sebagai sikap lari dari tanggung jawab yang merupakan bagian dari sifat-sifat orang munafik.

3.    Taqwa
Secara etimologi taqwa memiliki arti yang komplek dan serba mencakup : takut kepada Tuhan , melindungi diri dari kehancuran, menjaga kualitas amal, berhati-hati dan waspada terhadap bahaya moral. Taqwa berarti takut kepada Allah seraya melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi laranganNya . Dalam hal ini izutsu memberikan penjelasan – setelah mengkaji konteks masyarakat arab pra islam yang memiliki sikap congkak dan sombong – mengatakan, taqwa  diartikan takut dalam rangka memusnahkan sikap congkak dan sombong itu. Arti taqwa sesungguhnya menurut izutsu ialah “Takut terhadap tanggung jawab.” Beriman dan berislam secara berkualitas akan melahirkan ketakwaan.
Konsep taqwa memiliki tiga dimensi: spiritual, intelektual dan sosial. Dimensi spiritual menyangkut komitmennya yang tinggi terhadap nilai-nilai kebenaran. Dimensi intelektual menyangkut kemampuan untuk berfikir bebas. Dimensi sosial menyangkut kemampuannya untuk melakukan pembaharuan dalam kehidupan masyarakat.



4.    Ikhlas
Ikhlash adalah sikap tulus dan murni dalam tingkah laku dan perbuatan , semata-mata demi memperoleh ridha dari Allah, bebas dari pamrih atau agenda-agenda tersembunyi di balik perbuatan itu untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Ikhlas dalam berbuat dan berkarya tidak dapat muncul begitu saja. Secara islam ikhlash dapat lahir dari panggilan keimanan dan ketaqwaan yang dalam serta sifat qana’ah. Sedangkan secara ilmiah sikap ikhlash lahir dari orang yang berjiwa besar memiliki idiealisme dan profesionalisme (keahlian komitmen dan dedikasi).
5.    Tawakkal

Kata Tawakkal yang arti leksikalnya adalah bersandar, mewakilkan, menjaminkan dan menanggungkan, mempercayakan, dan menyerahkan. Tawakkal adalah berarti menyandarkan dan menjaminkan (diri/suatu urusan) kepada Allah. Sedangkan Menurut Istilah, tawakkal adalah sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh harapan kepadaNya dan keyakinan bahwa Dia akan menolong dan menjamin kita dalam mencari dan
menemukan jalan yang terbaik .
Tawakkal adalah  bagian dari etika religius manusia terhadap Tuhan , karena tawakkal merupakan implementasi iman yaitu menaruh kepercayaan kepada Allah dan Islam,memasrahkan diri dan urusan yg dihadapi kepada Allah serta sangat bermanfaat bagi peaku itu sendiri maupun bagi sesama.
6.    Syukur

Syukur adalah sikap penuh rasa terima kasih dan penghargaan atas segala kebaikan tuhan terhadap hambanya yang tak terbatas.sikap syukur merupakan manifestasi keimanan dan keikhlasan yang mendalam sehingga munculnya perilaku baik sangka(husn al-dhann)dan berpengharapan(raja’)
Kepada Allah.sikap bersyukur selain ketika mendapat nikmat juga ketika sedang mendapatkan ujian/cobaan dari Allah,dengan bersyukur akan membuat hidup lebih bahagia dan sukses.

7.    Sabar

Sabar adalah sikap tabah,ulet,tekun,teliti,hati-hati,tidak gegabah dan tidak keburu nafsu dalam menghadapi kepahitan hidup ,dalam menjalankan amanah yang dijalankannya.orang yang sabar adalah orang yang sadar bahwa kehidupan ini memiliki tujuan dan untuk mencapai tujuan itu banyak sekali rintangan,hambatan,ancaman bahkan cobaan (baik kecil maupun besar).
Orang yang sabar adalah orang yang tidak menghindar dari halangan dan rintangan itu ,tetapi berusaha menghadapi memecahkan rintangan itu secara arif dan bijaksana serta mengambil hikmah dibalik semua itu.sifat sabar harus dilatih dengan cara mengendalikan diri dari tergesa-gesa,egois,dan suka memaksakan kehendak.sabar merupakan manifestasi dan sekaligus akumulasi dari iman,islam,tawakkal dan ikhlas.dengan sabar seseorang bisa teguh dalam memegang prinsip,istiqomah(konsisten)dalam tugas,berpikir positif dan dedikasi dalam mencapai kebersihan.

8.    Taubat

Taubat berasal dari kata taba,berarti kembali kepada jalan Tuhan atau perbuatan terpuji,sedangkan yang dimaksud Taubat adalah sikap penuh keyakinan dan kesadaran akan kebenaran jalan tuhan dan bertekad menuju jalan kebajikan (kebenaran/jalan yang diridhoi allah)setelah tersesat di jalan kenistaan disertai rasa penuh harap akan diampuni Allah SWT.Taubat meliputi tiga hal :
1.      Menyadari kebenaran jalan ilahi sebagai jalan hidup terpuji
2.      Menyesali kesalahannya yang menyebabkan hidupnya tercela
3.      Bertekad tidak mengulangi kesalahan dan kembali ke jalan kebenaran.
Taubat merupakan keniscayaan dalam hubungan manusia dan Tuhan karena manusia itu makhluk dha’if (lemah di hadapan Allah)dengan bertaubat manusia menemukan jati dirinya sebagai makhluk yang fitri dan hanif yang berarti melakukan penyucian dan pencerahan batin dengan nur ilahi(cahaya Tuhan).karena Allah menyukai hambanya yang bertaubat dan menyucikan diri  dan akan mencurahkan rahmat dan rizkinya yang tak terbatas
9.    Dzikir
Dzikir berarti ingat,eling,sadar atau menyebut,dzikru’lah berarti ingat kepada Allah,menyadari kehadiran Allah,menyebut asma Allah. Sedangkan Secara istilah, dzikir adalah sikap batin untuk senantiasa menghadirkan Allah dalam segala  aktivitas. Orang yang mampu berdzikir seperti itu al-Qur’an memujinya sebagai Ulul Albab atau orang yang berhasil mencapai puncak spiritualitas
Dzikir dengan demikian merupakan etika religius yang sangat penting dalam islam. Bahkan mendirikan shalat yang dikatakan sebagai tiang agama dan penentu kualitas amal dan kemusliman seseorang, merupakan sarana untuk berdzikir :”Tegakkanlah shalat untuk berdzikir kepada-Ku”.Dalam ayat lain dikatakan orang yang pelit  untuk berdzikir dikatakan sebagai orang munafik dan orang yang tidak mau berdzikir (melupakan) Allah adalah orang fasik. Dengan berdzikir kepada Allah seseorang dapat tercegah dari perbuatan keji dan munkar, hati akan tenteram dan puncaknya akan melahirkan kepribadian yang kokoh dan budi pekerti luhur
C. Hal-hal yang Dapat Merusak dan Meniadakan Iman

1.    Syirik
Syirik Secara etimologi berarti menyekutukan atau menyamakan, dan secara terminology berarti menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan Allah, misalnya berdoa kepada selain Allah di samping berdoa kepada Allah mempersembahkan ibadah  kepada selain Allah . Selain itu syirik adalah meyakini ada yang bisa memberi manfaat dan bahaya selain Allah, meminta perlindungan kepada selain Allah, mengharapkan berkah dan takut kepada hal-hal yang di anggap keramat seperti pohon, batu, kuburan, orang yang telah mati, percaya pada ramalan dukun, paranormal termasuk ramalan bintang.
Syirik merupakan perbuatan yang dilarang keras oleh islam dan merupakan dosa yang tidak diampuni oleh Allah. Dalam al-Quran Allah Swt menyebut syirik sebagai kezhaliman yang besar :
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
  Artinya: “… Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”\
            Hal itu karena dengan perbuatan syirik berarti menempatkan sesuatu seperti ibadah bukan pada tempatnya. Ibadah yang seharusnya di peruntukkan hanya bagi Allah oleh orang yang berbuat syirik di peruntukkan bagi yang lain. Selain itu Allah juga menyatahkan bahwa syirik akan menghapus pahala segala amal kebaikan
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
            Artinya : “Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang tekah mereka kerjakan”




2.    Takabur atau sombong
Lawan dari sifat tawadhu’ adalah takabur atau sombong. Yaitu sikap menganggap diri lebih dan meremehkan orang lain. Karena sikapnya itu orang sombong akan menolak kebenaran, kalau kebenaran itu datang dari pihak pihak yang statusnya di anggap lebih rendah dari dirinya. Karena orang yang sombong selalu menganggap dirinya benar, maka dia  tidak mau menerima kritikan dan nasehat orang lain. Dia akan menutup mata terhadap kelemahan dirinya , dia akan menutup telinganya kecuali untuk mendengar pujian-pujian terhadap dirinya.
Sifat sombong adalah sifat warisan iblis yang menolak Allah SWT untuk sujud kepada Adam As. Iblis mengklaim dirinya lebih mulia dari Adam, karena Adam diciptakan dari tanah sedangkan dia diciptakan dari api, padahal menurut iblis api lebih mulia dari tanah  (Qs. Al-Baqarah 2:34)

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُواْ لآدَمَ فَسَجَدُواْ إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat : sujudlah kamu kepada Adam maka sujudlah mereka kecuali iblis ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang orang yang kafir”
Karena kesombongannya itu iblis dikutuk oleh Allah SWT, dan karena kesombongannya itu pula dia tidak berniat untuk meminta ampun kepada Allah SWT. Oleh sebab itu para ulama mengatakan sifat sombong adalah induk dosa-dosa.

3.    Khianat
Lawan dari amanah adalah khianat, sebuah sifat yang sangat tercela. Sifat khianat adalah sifat kaum munafik yang sangat dibenci oleh Allah SWT, apalagi kalau yang di khianatinya adalah Allah dan Rasul-Nya Oleh sebab itu Allah melarang orang-orang yang beriman mengkhianati Allah, Rasul dan amanah mereka sendiri Firmannya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan juga janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”.  
Bahkan penghianatan pun tidak boleh dibalasa dengan pengkhianatan

4.    Pembohong (pendusta)
Sifat bohong adalah sifat yang tercela yang merupakan kebalikan dari shidiq. Seorang muslimin harus menjauhi segala macam bentuk kebohongan, baik dalam bentuk pengkhianatan, mungkir janji, kesaksian palsu, fitnah,, gunjing, ataupun bentuk bentuk lainnya. Berikut ini di uraikan beberapa bentuk kebohongan yang biasa terjadi ditengah masyarakant :
a.       Mungkar janji
Sifat mungkar janji menunjukkan pelakunya memiliki kepribadian yang lemah. Sifat itu mencabut kisah sayang dan mendatangkan kemudhratan.
b.      Kesaksian palsu
Kesaksian palsu mendantangkan kemudhratan besar bagi masyrakat. Orang yang tidak bersalah bisa dijatuhi hukuman berat, nyawa bisa melayang, harta benda bisa hilang, semua karena kesaksian palsu.
c.       Fitnah
Fitnah akan mendatangkan mudharat yang besar bagi masyarakat. Oleh karena itu, Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk tabayyun (Menyelidiki kebenaran suatu berita)

5.    Jaza’
Lawan dari sifat sabar adalah al-jaza’ yang berarti gelisah, sedih keluh kesah . cemas, dan putus asa, sebagaimana dalam firman Allah :
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا (١٩)إِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ جَزُوعًا (٢٠)وَإِذَا مَسَّهُ ٱلْخَيْرُ مَنُوعًا (٢١)إِلَّا ٱلْمُصَلِّينَ (٢٢)

Artinya : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat”




0 komentar:

Posting Komentar