Syirik
A. Pengertian
Syirik
Syirk ( الشرك/الإِشْرَاك) dalam
bahasa Arab mempunyai arti menyertai, seperti ungkapanشَرِكَ/أَشْرَكَ فُلاَنًا فِي الأَمْرِ artinya ia menyertai si
Fulan dalam urusan itu. Dalam
al-Qur’an Allah berfirman : ) وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي ( artinya : Dan
jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku. (QS. Thaha/20 : 32).
Menurut
istilah, syirik berarti seseorang menjadikan tandingan bagi Allah dalam hal
yang hanya menjadi hak Allah SWT.
Syirik
merupakan dosa yang paling besar sebagaimana sabda Rasulullah saw. :
عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ قَالَ : سَأَلْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ
اللَّهِ ؟ قَالَ
: " أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ ... " (رواه البخاري
و مسلم )
Dari Abdullah
ia berkata : Saya telah bertanya kepada Rasulullah saw. dosa apakah
yang lebih besar menurut Allah ? Beliau menjawab : “ Engkau menjadikan sekutu
bagi Allah padahal Dial ah yang menciptakanmu…” (HR. Bukhari dan Muslim )
B. Sebab-Sebab
Syirk
Di antara
faktor yang menyebabkan timbulnya syirik adalah sebagai berikut :
1. Mengagumi
dan mengagungkan sesuatu
Secara fitrah
manusia suka mengagumi kepahlawanan, sesuatu yang agung dan luar biasa. Dari
rasa kagum ini muncul keinginan untuk mengagungkan. Pada dasarnya mengagumi dan
mengagungkan sesuatu itu bukanlah suatu cacat dan tidak membahayakan keimanan.
Bahkan dalam beberapa hal mengagumi dan mengagungkan atau menghormati itu
diperintahkan, seperti mengagumi dan mengagungkan atau menghormati kedua orang
tua, mengagungkan Rasulullah saw. dan mengagungkan ulama. Namun penyimpangan
akan terjadi manakala mengagungkan itu dilakukan secara berlebih-lebihan yang
membawa kepada kultus, yaitu memberikan sebagian sifat-sifat yang hanya
dimiliki Allah kepada makhluk. Dari penyimpangan inilah banyak timbul
kemusyrikan dalam sejarah umat manusia. Sebagai contoh kaum Nabi Nuh as.
mempunyai beberapa patung berhala yang mereka jadikan tuhan yang disembah,
seperti Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Yaghuts, Ya'uq dan Nasr ini dulunya nama
orang-orang sholeh yang hidup di antara zaman nabi Adam dan nabi Nuh. Mereka
punya para pengikut yang meneladani kehidupan mereka. Setelah mereka wafat,
para pengikutnya itu berkata : Seandainya mereka kita gambar atau kita bikin
patung, tentu kita akan lebih khusyu' dalam beribadah jika kita ingat mereka.
Lalu para pengikut itupun membuat gambar atau patung orang-orang shaleh
tersebut. Ketika para pengikut itu meninggal dunia, datanglah generasi
berikutnya. Kepada generasi ini, Iblis membisikkan dengan mengatakan
: Orang-orang tua kamu dulu menyembah mereka dan meminta hujan kepada mereka.
Akhirnya merekapun menyembah gambar-gambar atau patunpatung
yang dibikin orang-orang tua mereka. Dalam hal ini Allah berfirman :
قَالَ نُوحٌ
رَبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِي وَاتَّبَعُوا مَنْ لَمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَوَلَدُهُ
إِلَّا خَسَارًا (21) وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا (22) وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ
آَلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ
وَنَسْرًا (23)
Nuh berkata:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakai-ku, dan telah mengikuti
orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan
kerugian belaka, dan melakukan tipu-daya yang amat besar". Dan mereka
berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan
kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan
jangan pula suwaa`, yaghuts, ya`uq dan nasr". (QS. Nuh/71 : 21-23)
2. Cenderung
mengimani yang konkrit dan lalai mengimani yang abstrak
Dalam diri
manusia terdapat dua kecenderungan fitrah yang sempurna. Pertama, kecenderungan
mengimani yang bersifat nyata atau konkrit, yakni yang dapat ditangkap oleh
indera baik penglihatan, pendengaran, ciuman, rasa atau sentuhan.
Kedua, kecenderungan mengimani yang ghaib, yakni yang tidak tertangkap oleh
indera. Kalau kecenderungan pertama di atas selain dimiliki oleh
manusia, juga oleh makhluk lain, namun kecenderungan kedua khusus
dimiliki oleh manusia. Inilah karunia, kemuliaan dan sekaligus
keistimewaan yang diberikan Allah kepada manusia yang tidak diberikan kepada
makhluk lain.
Namun fitrah
manusia yang mempunyai kecenderungan untuk mengimani yang ghaib ini sedikit
demi sedikit akan pudar jika tidak diperhatikan dan diberikan
santapan yang baik berupa dzikir kepada Allah dan taqarrub kepada-Nya melalui
amal shaleh. Dengan demikian manusia mulai lalai mengimani yang ghaib dan
sedikit demi sedikit cenderung hanya mengimani yang bersifat nyata.
Pada tahap
pertama dari kelalaian ini, seorang musyrik tidak mengingkari adanya Allah,
tapi ia mencari bentuk nyata yang menurut khayalannya bisa ditambahkan sebagian
sifat-sifat Allah seperti memberikan manfaat dan bahaya, mengetahui yang ghaib,
mengendalikan urusan bersama-sama dengan Allah. Sekalipun ia mengetahui bahwa
Allah adalah Pencipta, tidak ada satu makhlukpun yang menyamainya, namun ia
mengklaim bahwa seseorang ( Nabi, wali Allah, atau orang shalih),
malaikat, jin, atau berhala mampu memberikan manfaat atau bahaya, mengabulkan
permohonan, melapangkan rezeki bagi yang dikehendakinya, mengetahui yang ghaib
dan menyampaikannya kepada orang yang mampu menerimanya.
Contoh
bentuk di atas adalah orang-orang Arab jahiliyah, mereka mengetahui
bahwa Allah itu ada dan sebagai Pencipta, namun mereka menyekutukan Allah
dengan jin, malaikat, berhala yang mereka sembah, mereka menyangka bahwa
sembahan-sembahan itu dapat mendekatkan diri kepada Allah. Begitu juga
orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mengklaim bahwa Uzair dan Isa bin Maryam
adalah anak Allah.
Dan pada tahap
akhir, kelalaian di atas dapat membawa seseorang untuk
mengingkari adanya Allah. Hal ini seperti yang terjadi pada orang-orang Mesir
Kuno pada zaman Fir’aun yang mengklaim bahwa dewa Ra adalah sebagai
pencipta, pemberi rezeki, yang menghidupkan dan mematikan, dan yang
membangkitkan dan menghisab manusia pada hari kiamat. Begitu juga kepercayaan
orang-orang Majusi yang mengatakan bahwa Ahura Mazda adalah Allah. Sama dengan
itu juga orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Isa bin Maryam adalah Allah.
Juga orang-orang Yahudi yang berkata kepada nabi Musa bahwa nereka
tidak beriman kepada beliau sebelum melihat Allah secara terang-terangan.
Mereka juga menyembah anak sapi dan menjadikannya sebagai tuhan.
3. Dikuasai
nafsu
Di antara
penyakit yang meninmpa fitrah manusia dan membawa kepada kemusyrikan ialah
selalu mengikuti kehendak hawa nafsu. Hal ini karena ketika fitrah manusia
bersih dan lurus, ia akan menerima segala ajaran Allah denga ridha, dan
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakannya sebagai bentuk
penghambaan kepada Allah dan mengharapkan
ridha-Nya. Namun ketika seseorang dapat dikalahkan hawa nafsunya, maka iapun
merasa sempit untuk menerima dan melaksanakan ajaran-ajaran Allah dan lebih
cenderung untuk mengikuti hawa nafsunya. Mereka cenderung menolak pedoman
ajaran-ajaran yang bersumber dari Allah sekalipun hati kecil mereka mengakuinya
bahwa itu adalah benar. Karena kalau mereka mengakui, mereka harus melaksanakan
ajaran-ajaran Allah itu, sedangkan mereka tidak suka melaksanakannya, karena
hawa nafsu menguasai mereka sehingga mereka merasa berat melaksanakannya. Oleh
karena itu mereka mengingkari bahwa ajaran Allah itu benar, dan membuat ajaran
atau aturan yang tidak ditentukan Allah, kemudian mereka mengklaim atau mengaku
bahwa ajaran yang mereka buat itu adalah ajaran yang benar, dan lebih tepat
untuk diikuti dari pada ajaran atau hukum yang ditetapkan Allah. Dengan
demikian mereka jatuh pada bentuk syirik taat dan mengikuti. Dalam hal ini Allah
berfirman :
فَإِنْ لَمْ
يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ
مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي
الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Maka jika
mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka
hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat
daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari
Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim. (QS. Al-Qashash/28 : 50)
4. Sombong
dalam beribadah kepada Allah
Sombong juga
merupakan penyakit yang dapat menimpa fitrah manusia
sehingga ia menyimpang dari
bentuknya yang lurus dan menjatuhkannya dalam kemusyrikan. Sombong ada beberapa
derajat, dimulai dari menganggap remeh terhadap manusia dan berakhir dengan
tidak mau beribadah kepada Allah.
Pada umumnya
sifat sombong terdapat pada jiwa orang yang berhasil memperoleh kesenangan
kehidupan dunia, seperti harta, jabatan, kekuasaan, ilmu pengetahuan dan
semacamnya. Namun sifat sombong bisa juga menimpa setiap jiwa yang sakit
sekalipun dari kalangan orang yang paling rendah.
Al-Qur’an
menjelaskan kepada kita bahwa kesombongan dapat menyebabkan kufur dan syirik,
sebagaimana dalam kisah Namrudz :
أَلَمْ تَرَ
إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آَتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ
إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي
وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ
الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لَا
يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Apakah kamu
tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) Karena
Allah Telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika
Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,"
orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim
berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka
terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-Baqarah/2 : 258)
Tentang kisah
Fir’aun, Allah berfirman :
اذْهَبْ إِلَى
فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (17) فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى (18)
وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى (19) فَأَرَاهُ الْآَيَةَ الْكُبْرَى (20)
فَكَذَّبَ وَعَصَى (21) ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى (22) فَحَشَرَ فَنَادَى (23)
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى (24) فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الْآَخِرَةِ
وَالْأُولَى (25)
(17) "Pergilah
kamu kepada Fir'aun, Sesungguhnya dia Telah melampaui batas, (18) Dan
Katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan
diri (dari kesesatan)". (19) Dan kamu akan kupimpin ke jalan
Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?" (20) Lalu Musa
memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. (21) Tetapi Fir´aun
mendustakan dan mendurhakai. (22) Kemudian dia berpaling seraya
berusaha menantang (Musa). (23) Maka dia mengumpulkan
(pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (24) (seraya)
berkata:"Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". (25) Maka
Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. (QS. An-Nazi’at/79:
17-25)
Al-Qur’an
juga menjelaskan bahwa kesombongan merupakan fenomena umum :
إِنَّ
الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آَيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ إِنْ
فِي صُدُورِهِمْ إِلَّا كِبْرٌ مَا هُمْ بِبَالِغِيهِ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Sesungguhhnya
orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang
sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan
akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, Maka mintalah
perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya dia Maha mendengar lagi Maha Melihat.
(QS. Ghafir/40 : 56)
5. Adanya para
penguasa yang memperbudak manusia untuk kepentingan mereka sendiri.
Di antara
penyebab syirik yang terpenting dalam sejarah kehidupan manusia adalah adanya
para penguasa diktator atau penguasa yang berbuat sewenang-wenang (thaghut),
yang ingin memperbudak dan menundukkan manusia untuk kepentingan dan hawa nafsu
mereka sendiri. Dengan demikian mereka menolak untuk berhukum dengan hukum dan
aturan Allah. Merekapun membuat hukum dan aturan sendiri yang tidak
disyari'atkan Allah, sehingga mereka menentukan halal dan haram sesuai dengan
keinginan dan kehendak hawa nafsu mereka. Kemudian hukum dan aturan yang mereka
buat itu dipaksakan kepada manusia karena kekuasaan yang mereka
miliki.
Para penguasa
tersebut ketika mereka membuat aturan dan hukum yang dipaksakan untuk
dilaksanakan rakyatnya, pada kenyataannya mereka menjadikan diri mereka sebagai
tuhan-tuhan yang disembah selain Allah; karena hanya Allah lah yang
berhak menentukan hukum dan aturan, di mana hanya Allah lah yang menciptakan
dan hanya Dia yang Maha Mengetahui.
Jadi Allah
SWT. dengan penciptaan dan pengendalian-Nya terhadap seluruh makhluk, dan
dengan ilmu-Nya yang sempurna terhadap segala sesuatu adalah yang paling berhak
mengatakan ini halal dan itu haram, ini baik dan itu tidak baik, ini boleh dan
itu tidak boleh. Jika ada seseorang yang mengaku bahwa dirinya
mempunyai hak untuk menentukan halal dan haram, boleh dan tidak boleh, maka
berarti telah menjadikan dirinya sebagai sekutu Allah, bahkan telah menjadikan
dirinya sebagai tuhan selain Allah. Dan orang yang mengikutinya dalam hal itu
berarti ia telah mempersekutukannya dalam beribadah bersama Allah, atau
menyekutukannya selain Allah.
Para
penguasa yang disebut al-Qur'an dengan " al-mala' "
atau para para pemuka inilah yang pertama kali mendustakan para
rasul seperti para pembesar dari kaum nabi Hud sebagaimana disebutkan dalam
surat al-A'raf : 65-66 :
وَإِلَى عَادٍ
أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ
غَيْرُهُ أَفَلَا تَتَّقُونَ (65) قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ
قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ
(66)
Dan (Kami
telah mengutus) kepada kaum `Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka
mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" Pemuka-pemuka yang kafir dari
kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam
keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang
yang berdusta". (QS. Al-A’rof/7 : 65-66)
C. Jenis-Jenis
Syirik
Syirik
mempunyai tiga jenis :
1. Syirik
Besar
2. Syirik
Kecil
3. Syirik
Tersembunyi
Syirik Besar
adalah bahwa seseorang menjadikan sekutu selain Allah yang ia sembah dan taati
sama seperti ia menyembah dan mentaati Allah. Atau seperti yang disebutkan
dalam pengertian di atas, yaitu seseorang menjadikan tandingan bagi Allah dalam
hal yang hanya menjadi hak Allah SWT.
Syirik Kecil
adalah bahwa menyamakan sesuatu selain Allah dengan Allah dalam bentuk perkatan
atau perbuatan. Syirik dalam bentuk amal adalah riya. Sedang dalam bentuk
perkatan lisan adalah lafaz-lafaz yang mengandung makna menyamakan Allah dengan
sesuatu yang lain. Misalnya, ia mengatakan: "Apa yang dikehendaki Allah
dan aku kehendaki." Atau: "Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau
mau." Atau:"Abdul Harits" ( Hamba Sang Pembajak Tanah ) dan
semacamnya.
Syirik
Tersembunyi adalah syirik yang tersembunyi dalam hakikat kehendak hati, ucapan
lisan, berupa penyerupaan antara Allah dengan makhluk. Rasulullah saw. :
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
" إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سُخْطِ اللَّهِ لَا
يَرَى بِهَا بَأْسًا فَيَهْوِي بِهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ سَبْعِينَ خَرِيفًا
" . (رواه ابن ماجه)
"Sesungguhnya,
terkadang seseorang mungkin mengucapkan suatu perkataan yang membuat Allah
murka, yang ia tidak melihatnya itu berbahaya, padahal perkataannya
itu mengantarkannya ke neraka selama tujuh puluh musim semi."
(HR. Ibnu Majah)
Syirik
Tersembunyi sebenarnya dapat digolongkan ke dalam syirik kecil. Sehingga syirik
dapat dibagi menjadi dua jenis; syirik besar yang terkait dengan keyakinan
hati, dan syirik kecil yang terkait dengan perbuatan, perkataan lisan dan
motivasi hati yang tersembunyi.
Nampaknya
pembagian syirik menjadi tiga jenis dimana syirik tersembunyi
merupakan bagian ketiganya, didasarkan pada kenyataan bahwa syirik tersembunyi
bisa berubah menjadi syirik besar dan syirik kecil. Kesubliman dan kesamaran
itu menuntut kehati-hatian yang tinggi, agar jangan sampai syirik besar
dianggap syirik kecil, atau sebaliknya.
Atas dasar
itu, syirik tersembunyi dapat didefinisikan sebagai syirik yang berada antara
syirik besar dan syirik kecil. Inilah definisi yang agaknya paling tepat.
Berdasarkan
penjelasan terlebih dahulu, maka perbedaan antara syirik besar dengan syirik
kecil dapat diringkas sebagai berikut :
Pertama, syirik besar menyebabkan pelakunya
keluar dari Islam sedang syirik kecil tidak menyebabkan pelakunya keluar dari
Islam.
Kedua, syirik besar membatalkan seluruh
amal pelakunya, sedang syirik kecil hanya membatalkan amal yang dicampuri
syirik kecil sejak awal amal itu dikerjakan atau mendominasi seluruh proses
pengerjaan amal tersebut.
Ketiga, syirik besar menyebabkan pelakunya
kekal dalam neraka, sedang syrik kecil tidak menyebabkan kekekalan dalam
neraka. Syirik kecil mempunyai dua kemungkinan : mengharuskan pelakunya masuk
neraka atau tergantung kepada kehendak Allah, diampuni atau tetap dimasukkan ke
dalam neraka.
Keempat, syirik besar menyebabkan darah dan
harta pelakunya menjadi halal, sedang syirik kecil tidak demikian, pelakunya
tetap dianggap muslim tetapi memiliki keimanan yang kurang dan dianggap fasiq
dalam beragama.
Kelima, syirik besar dan syirik kecil
sama-sama mendapatkan ancaman siksaan dari Allah dan bahwa keduanya merupakan
dosa paling besar di antara seluruh dosa besar yang terbesar.
Keenam, syirik besar tidak dapat diampuni
Allah sedang syirik kecil masih dapat diampuni Allah.
Oleh karena
itu, dalam penjelasan macam-macam syirik ini, hanya akan dibahas dua macam
syirik saja, yaitu syirik besar dan syirik kecil.
1. Syirik
Besar
Syirik
besar adalah : sesorang
menjadikan sekutu selain Allah yang ia
sembah dan taati sama seperti ia menyembah dan mentaati Allah. Syirik besar
tidak akan diampuni Allah, bisa mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, dan
menjadikannya kekal dalam neraka jika ia meningal dunia dan belum bertaubat
dari padanya.
Syirik besar
ada enam macam :
a. Syirik
do’a : Yaitu berdo’a kepada selain Allah sama seperti berdo’a kepada
Allah, baik sebagai permohonan maupun sebagai ibadah. Firman Allah :
وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ
عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu
berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Ghafir/40 : 60)
وَمَنْ أَضَلُّ
مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ (5) وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ
كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ (6)
Dan siapakah
yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah
yang tiada dapat memperkenankan (doa) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai
dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan
(pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan
mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (QS. Al-Ahqaf/46 : 5-6)
b. Syirik niat,
motivasi dan tujuan : Yaitu bahwa seorang hamba melakukan suatu
pekerjaan dengan niat, motivasi dan tujuan mutlak selain Allah. Firman Allah :
مَنْ كَانَ
يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ
فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي
الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ (16)
Barangsiapa
yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan Sempurna dan mereka di dunia
itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat,
kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang Telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang Telah mereka kerjakan. (QS. Hud/11 : 15-16)
قُلْ إِنَّ
صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا
شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (163)
Katakanlah:
Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang
diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah)". (QS. Al-An’am/6 : 162-163)
c. Syirik
ketaatan : Yaitu mentaati syari’at dan hukum
selain Allah yang bertentangan dengan syari’at dan hukum Allah.
Firman Allah :
أَمْ لَهُمْ
شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ
وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ
Apakah mereka
mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama
yang tidak diizinkan Allah? sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari
Allah) tentulah mereka Telah dibinasakan. dan Sesungguhnya orang-orang yang
zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih. (QS. Asy-Syura’/42 : 21)
اتَّخَذُوا
أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ
مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا
هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka
menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain
Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, padahal mereka
Hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. At-Taubah/9
: 31)
Maksud mereka
menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain
Allah adalah mereka mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib
mereka dengan membabi buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu
menyuruh membuat maksiat atau mengharamkan yang halal.
d. Syirik mahabbah (kecintaan) :
Yaitu seseorang mencintai sesuatu selain Allah sama dengan cintanya kepada
Allah, lebih banyak, atau lebih sedikit; kecintaan yang bisa
menimbulkan kepasrahan dan ketundukan. Firman Allah :
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ
اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
Dan diantara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (QS. Al-Baqarah/2:165)
قُلْ إِنْ
كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ
وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا
وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ
فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا
يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah:
"Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari
Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan Keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik. (QS. At-Taubah/9 : 24)
e. Syirik
takut : Yaitu rasa takut yang timbul dari asumsi atau keyakinan akan
terjadinya suatu mudharat. Yang dimaksud dengan rasa takut di sini adalah
puncak, ujung dan penghabisannya yang tidak boleh diberikan kecuali hanya
kepada Allah. Firman Allah :
إِنَّمَا
ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ
إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Sesungguhnya
mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan
kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), Karena itu janganlah kamu takut
kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang
beriman. (QS. Ali Imran/3 : 175)
f. Syirik
tawakkal : Yaitu menyerahkan urusan sepenuhnya kepada selain Allah dan
bergantung kepadanya dalam memperoleh suatu keinginan. Sebab menggantungkan dan
penyerahan diri sepenuhnya harus diberikan hanya kepada Allah; karena hanya
Allah-lah yang menghidupkan dan mematikan, memberikan manfaat dan mudharat.
Oleh karena itu tawakkal merupakan
salah satu bentuk ibadah, memberikannya kepada selain Allah adalah syirik.
Firman Allah :
وَمَا لَنَا
أَلَّا نَتَوَكَّلَ عَلَى اللَّهِ وَقَدْ هَدَانَا سُبُلَنَا وَلَنَصْبِرَنَّ
عَلَى مَا آَذَيْتُمُونَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ
Mengapa kami
tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal dia Telah menunjukkan jalan kepada
kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang
kamu lakukan kepada kami. dan Hanya kepada Allah saja orang-orang yang
bertawakkal itu, berserah diri". (QS. Ibrahim/14 : 12)
2. Syirik
Kecil
Syirik
kecil adalah menyamakan
sesuatu selain Allah dengan Allah dalam bentuk perkataan dan perbuatan. Syirik
kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari Islam, tetapi mengurangi
kesempurnaan tauhid, termasuk dosa besar dan merupakan wasilah (perantara)
kepada syirik besar.
Syirik kecil
ada tiga macam :
a. Qauly (perkataan) : Yaitu syirik yang diucapkan dengan
lisan, seperti bersumpah dengan selain Allah, mengucapkan : “Apa yang
dikehendaki Allah dan aku”, “Hakim segala Hakim”, mengucapkan penghambaan
kepada selain Allah seperti : “Abdun Naby” (hamba nabi, “AbdurRasul “ (hamba
rasul).
b. Fi’ly (perbuatan) :
Seperti meramal dan mendatangi dukun serta mempercayai ucapannya, berusaha
menemukan pencuri dan semacamnya dengan bantuan dukun. Juga termasuk
mempercayai astrolog dan paranormal.
c. Qalby (dalam
hati) : Seperti
riya’ (senang dilihat dalam beribadah), sum’ah (senang didengar dalam
beribadah), dan mengharapkan dunia dalam berbagai amalnya.
Setiap jenis
Syirik kecil dapat berubah menjadi syirik besar jika disertai dengan keyakinan
hati, atau syirik kecil melandasi amalnya atau mendominasinya. Disertai dengan
keyakinan hati misalnya dengan bersumpah kepada selain Allah dengan tingkat
pengagungan yang sama dengan pengagungan kepada Allah. Sedangkan syirik kecil
melandasi amal atau mendominasinya misalnya ketika riya’ melandasi awal
perbuatan atau mendominasinya, atau tujuan dunaiawinya dalam amal
terlalu dominan dimana ia sebenarnya tidak mengharap keridhaan Allah.
0 komentar:
Posting Komentar