Sabtu, 26 Desember 2015

,

Syirik

Syirik

A.                Pengertian Syirik


Syirk ( الشرك/الإِشْرَاك)  dalam bahasa Arab mempunyai arti menyertai, seperti ungkapanشَرِكَ/أَشْرَكَ فُلاَنًا فِي الأَمْرِ  artinya ia menyertai si Fulan dalam urusan itu.  Dalam al-Qur’an Allah berfirman : )  وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي   artinya :   Dan jadikankanlah dia sekutu dalam urusanku. (QS. Thaha/20 : 32).
Menurut istilah, syirik berarti seseorang menjadikan tandingan bagi Allah dalam hal yang hanya menjadi hak Allah SWT.
Syirik merupakan dosa yang paling besar sebagaimana sabda Rasulullah saw.  :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ  : سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ  ؟  قَالَ : " أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ ... " (رواه البخاري و مسلم ) 
Dari Abdullah ia berkata : Saya telah bertanya kepada Rasulullah saw.  dosa apakah yang lebih besar menurut Allah ? Beliau menjawab : “ Engkau menjadikan sekutu bagi Allah padahal Dial ah yang menciptakanmu…” (HR. Bukhari dan Muslim )

B.     Sebab-Sebab Syirk

Di antara faktor yang menyebabkan timbulnya syirik adalah sebagai berikut :

1.      Mengagumi dan mengagungkan sesuatu
Secara fitrah manusia suka mengagumi kepahlawanan, sesuatu yang agung dan luar biasa. Dari rasa kagum ini muncul keinginan untuk mengagungkan. Pada dasarnya mengagumi dan mengagungkan sesuatu itu bukanlah suatu cacat dan tidak membahayakan keimanan. Bahkan dalam beberapa hal mengagumi dan mengagungkan atau menghormati itu diperintahkan, seperti mengagumi dan mengagungkan atau menghormati kedua orang tua, mengagungkan Rasulullah saw. dan mengagungkan ulama. Namun penyimpangan akan terjadi manakala mengagungkan itu dilakukan secara berlebih-lebihan yang membawa kepada kultus, yaitu memberikan sebagian sifat-sifat yang hanya dimiliki Allah kepada makhluk. Dari penyimpangan inilah banyak timbul kemusyrikan dalam sejarah umat manusia. Sebagai contoh kaum Nabi Nuh as. mempunyai beberapa patung berhala yang mereka jadikan tuhan yang disembah, seperti Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Yaghuts, Ya'uq dan Nasr ini dulunya nama orang-orang sholeh yang hidup di antara zaman nabi Adam dan nabi Nuh. Mereka punya para pengikut yang meneladani kehidupan mereka. Setelah mereka wafat, para pengikutnya itu berkata : Seandainya mereka kita gambar atau kita bikin patung, tentu kita akan lebih khusyu' dalam beribadah jika kita ingat mereka. Lalu para pengikut itupun membuat gambar atau patung orang-orang shaleh tersebut. Ketika para pengikut itu meninggal dunia, datanglah generasi berikutnya. Kepada generasi ini, Iblis membisikkan  dengan mengatakan : Orang-orang tua kamu dulu menyembah mereka dan meminta hujan kepada mereka. Akhirnya merekapun   menyembah gambar-gambar atau patunpatung yang dibikin orang-orang tua mereka. Dalam hal ini Allah berfirman  :
قَالَ نُوحٌ رَبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِي وَاتَّبَعُوا مَنْ لَمْ يَزِدْهُ مَالُهُ وَوَلَدُهُ إِلَّا خَسَارًا (21) وَمَكَرُوا مَكْرًا كُبَّارًا (22) وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آَلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا (23)
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakai-ku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, dan melakukan tipu-daya yang amat besar". Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa`, yaghuts, ya`uq dan nasr". (QS. Nuh/71 : 21-23)

2.    Cenderung mengimani yang konkrit dan lalai mengimani yang abstrak
Dalam diri manusia terdapat dua kecenderungan fitrah yang sempurna. Pertama, kecenderungan mengimani yang bersifat nyata atau konkrit, yakni yang dapat ditangkap oleh indera baik penglihatan, pendengaran,  ciuman, rasa atau sentuhan. Kedua, kecenderungan mengimani yang ghaib, yakni yang tidak tertangkap oleh indera. Kalau kecenderungan pertama di atas selain  dimiliki oleh manusia,  juga oleh makhluk lain, namun kecenderungan kedua khusus dimiliki oleh manusia. Inilah karunia, kemuliaan dan sekaligus keistimewaan yang diberikan Allah kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk lain.
Namun fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk mengimani yang ghaib ini sedikit demi sedikit akan  pudar jika tidak diperhatikan dan diberikan santapan yang baik berupa dzikir kepada Allah dan taqarrub kepada-Nya melalui amal shaleh. Dengan demikian manusia mulai lalai mengimani yang ghaib dan sedikit demi sedikit cenderung hanya mengimani yang bersifat nyata.
Pada tahap pertama dari kelalaian ini, seorang musyrik tidak mengingkari adanya Allah, tapi ia mencari bentuk nyata yang menurut khayalannya bisa ditambahkan sebagian sifat-sifat Allah seperti memberikan manfaat dan bahaya, mengetahui yang ghaib, mengendalikan urusan bersama-sama dengan Allah. Sekalipun ia mengetahui bahwa Allah adalah Pencipta, tidak ada satu makhlukpun yang menyamainya, namun ia mengklaim bahwa seseorang ( Nabi,  wali Allah, atau orang shalih), malaikat, jin, atau berhala mampu memberikan manfaat atau bahaya, mengabulkan permohonan, melapangkan rezeki bagi yang dikehendakinya, mengetahui yang ghaib dan menyampaikannya kepada orang yang mampu menerimanya.
Contoh bentuk  di atas adalah orang-orang Arab jahiliyah, mereka mengetahui bahwa Allah itu ada dan sebagai Pencipta, namun mereka menyekutukan Allah dengan jin, malaikat, berhala yang mereka sembah, mereka menyangka bahwa sembahan-sembahan itu dapat mendekatkan diri kepada Allah. Begitu juga orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mengklaim bahwa Uzair dan Isa bin Maryam adalah anak Allah.
Dan pada tahap akhir,  kelalaian  di atas dapat membawa seseorang untuk mengingkari adanya Allah. Hal ini seperti yang terjadi pada orang-orang Mesir Kuno pada zaman Fir’aun yang mengklaim bahwa  dewa Ra adalah sebagai pencipta, pemberi rezeki, yang menghidupkan dan mematikan, dan yang membangkitkan dan menghisab manusia pada hari kiamat. Begitu juga kepercayaan orang-orang Majusi yang mengatakan bahwa Ahura Mazda adalah Allah. Sama dengan itu juga orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Isa bin Maryam adalah Allah. Juga  orang-orang Yahudi yang berkata kepada nabi Musa bahwa nereka tidak beriman kepada beliau sebelum melihat Allah secara terang-terangan. Mereka juga menyembah anak sapi dan menjadikannya sebagai tuhan.


3.    Dikuasai nafsu
Di antara penyakit yang meninmpa fitrah manusia dan membawa kepada kemusyrikan ialah selalu mengikuti kehendak hawa nafsu. Hal ini karena ketika fitrah manusia bersih dan lurus, ia akan menerima segala ajaran Allah denga ridha, dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakannya sebagai bentuk penghambaan kepada Allah dan         mengharapkan ridha-Nya. Namun ketika seseorang dapat dikalahkan hawa nafsunya, maka iapun merasa sempit untuk menerima dan melaksanakan ajaran-ajaran Allah dan lebih cenderung untuk mengikuti hawa nafsunya. Mereka cenderung menolak pedoman ajaran-ajaran yang bersumber dari Allah sekalipun hati kecil mereka mengakuinya bahwa itu adalah benar. Karena kalau mereka mengakui, mereka harus melaksanakan ajaran-ajaran Allah itu, sedangkan mereka tidak suka melaksanakannya, karena hawa nafsu menguasai mereka sehingga mereka merasa berat melaksanakannya. Oleh karena itu mereka mengingkari bahwa ajaran Allah itu benar, dan membuat ajaran atau aturan yang tidak ditentukan Allah, kemudian mereka mengklaim atau mengaku bahwa ajaran yang mereka buat itu adalah ajaran yang benar, dan lebih tepat untuk diikuti dari pada ajaran atau hukum yang ditetapkan Allah. Dengan demikian mereka jatuh pada bentuk syirik taat dan mengikuti. Dalam hal ini Allah berfirman :
فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-Qashash/28 : 50)

4.    Sombong dalam beribadah kepada Allah
Sombong juga merupakan penyakit yang dapat menimpa fitrah manusia sehingga       ia  menyimpang dari bentuknya yang lurus dan menjatuhkannya dalam kemusyrikan. Sombong ada beberapa derajat, dimulai dari menganggap remeh terhadap manusia dan berakhir dengan tidak mau beribadah kepada Allah.
Pada umumnya sifat sombong terdapat pada jiwa orang yang berhasil memperoleh kesenangan kehidupan dunia, seperti harta, jabatan, kekuasaan, ilmu pengetahuan dan semacamnya. Namun sifat sombong bisa juga menimpa setiap jiwa yang sakit sekalipun dari kalangan orang yang paling rendah.
Al-Qur’an menjelaskan kepada kita bahwa kesombongan dapat menyebabkan kufur dan syirik, sebagaimana dalam kisah Namrudz :
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آَتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) Karena Allah Telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-Baqarah/2 : 258)
Tentang kisah Fir’aun, Allah berfirman :
اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (17) فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى (18) وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى (19) فَأَرَاهُ الْآَيَةَ الْكُبْرَى (20) فَكَذَّبَ وَعَصَى (21) ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى (22) فَحَشَرَ فَنَادَى (23) فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى (24) فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الْآَخِرَةِ وَالْأُولَى (25)
 (17)  "Pergilah kamu kepada Fir'aun, Sesungguhnya dia Telah melampaui batas, (18)  Dan Katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)". (19)  Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?" (20)  Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. (21)  Tetapi Fir´aun mendustakan dan mendurhakai. (22)  Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). (23)  Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (24)  (seraya) berkata:"Akulah Tuhanmu yang paling tinggi". (25)  Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. (QS. An-Nazi’at/79: 17-25)
Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa kesombongan merupakan fenomena umum :
إِنَّ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آَيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ إِنْ فِي صُدُورِهِمْ إِلَّا كِبْرٌ مَا هُمْ بِبَالِغِيهِ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, Maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya dia Maha mendengar lagi Maha Melihat. (QS. Ghafir/40 : 56)

5.    Adanya para penguasa yang memperbudak manusia untuk kepentingan  mereka sendiri.
Di antara penyebab syirik yang terpenting dalam sejarah kehidupan manusia adalah adanya para penguasa diktator atau penguasa yang berbuat sewenang-wenang (thaghut), yang ingin memperbudak dan menundukkan manusia untuk kepentingan dan hawa nafsu mereka sendiri. Dengan demikian mereka menolak untuk berhukum dengan hukum dan aturan Allah. Merekapun membuat hukum dan aturan sendiri yang tidak disyari'atkan Allah, sehingga mereka menentukan halal dan haram sesuai dengan keinginan dan kehendak hawa nafsu mereka. Kemudian hukum dan aturan yang mereka buat itu dipaksakan kepada manusia karena kekuasaan  yang mereka miliki.
Para penguasa tersebut ketika mereka membuat aturan dan hukum yang dipaksakan untuk dilaksanakan rakyatnya, pada kenyataannya mereka menjadikan diri mereka sebagai tuhan-tuhan yang disembah selain Allah; karena hanya Allah  lah yang berhak menentukan hukum dan aturan, di mana hanya Allah lah yang menciptakan dan hanya Dia yang Maha Mengetahui.
Jadi Allah SWT. dengan penciptaan dan pengendalian-Nya terhadap seluruh makhluk, dan dengan ilmu-Nya yang sempurna terhadap segala sesuatu adalah yang paling berhak mengatakan ini halal dan itu haram, ini baik dan itu tidak baik, ini boleh dan itu tidak boleh.  Jika ada seseorang yang mengaku bahwa dirinya mempunyai hak untuk menentukan halal dan haram, boleh dan tidak boleh, maka berarti telah menjadikan dirinya sebagai sekutu Allah, bahkan telah menjadikan dirinya sebagai tuhan selain Allah. Dan orang yang mengikutinya dalam hal itu berarti ia telah mempersekutukannya dalam beribadah bersama Allah, atau menyekutukannya selain Allah.
Para penguasa   yang disebut al-Qur'an dengan " al-mala' " atau para  para pemuka inilah yang pertama kali mendustakan para rasul seperti para pembesar dari kaum nabi Hud sebagaimana disebutkan dalam surat al-A'raf : 65-66 :
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلَا تَتَّقُونَ (65) قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ (66)
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum `Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta". (QS. Al-A’rof/7 : 65-66)

C.    Jenis-Jenis Syirik

Syirik mempunyai tiga jenis :
1.      Syirik Besar
2.      Syirik Kecil
3.      Syirik Tersembunyi

Syirik Besar adalah bahwa seseorang menjadikan sekutu selain Allah yang ia sembah dan taati sama seperti ia menyembah dan mentaati Allah. Atau seperti yang disebutkan dalam pengertian di atas, yaitu seseorang menjadikan tandingan bagi Allah dalam hal yang hanya menjadi hak Allah SWT.
Syirik Kecil adalah bahwa menyamakan sesuatu selain Allah dengan Allah dalam bentuk perkatan atau perbuatan. Syirik dalam bentuk amal adalah riya. Sedang dalam bentuk perkatan lisan adalah lafaz-lafaz yang mengandung makna menyamakan Allah dengan sesuatu yang lain. Misalnya, ia mengatakan: "Apa yang dikehendaki Allah dan aku kehendaki." Atau: "Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau." Atau:"Abdul Harits" ( Hamba Sang Pembajak Tanah ) dan semacamnya.
Syirik Tersembunyi adalah syirik yang tersembunyi dalam hakikat kehendak hati, ucapan lisan, berupa penyerupaan antara Allah dengan makhluk. Rasulullah saw. :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سُخْطِ اللَّهِ لَا يَرَى بِهَا بَأْسًا فَيَهْوِي بِهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ سَبْعِينَ خَرِيفًا " .  (رواه ابن ماجه)
"Sesungguhnya, terkadang seseorang mungkin mengucapkan suatu perkataan yang membuat Allah murka,  yang ia tidak melihatnya itu berbahaya, padahal  perkataannya itu  mengantarkannya ke neraka selama tujuh puluh musim semi." (HR. Ibnu Majah)
Syirik Tersembunyi sebenarnya dapat digolongkan ke dalam syirik kecil. Sehingga syirik dapat dibagi menjadi dua jenis; syirik besar yang terkait dengan keyakinan hati, dan syirik kecil yang terkait dengan perbuatan, perkataan lisan dan motivasi hati yang tersembunyi.
Nampaknya pembagian syirik  menjadi tiga jenis dimana syirik tersembunyi merupakan bagian ketiganya, didasarkan pada kenyataan bahwa syirik tersembunyi bisa berubah menjadi syirik besar dan syirik kecil. Kesubliman dan kesamaran itu menuntut kehati-hatian yang tinggi, agar jangan sampai syirik besar dianggap syirik kecil, atau sebaliknya.
Atas dasar itu, syirik tersembunyi dapat didefinisikan sebagai syirik yang berada antara syirik besar dan syirik kecil. Inilah definisi yang agaknya paling tepat.
Berdasarkan penjelasan terlebih dahulu, maka perbedaan antara syirik besar dengan syirik kecil dapat diringkas sebagai berikut :
Pertama, syirik besar menyebabkan pelakunya keluar dari Islam sedang syirik kecil tidak menyebabkan pelakunya keluar dari Islam.
Kedua, syirik besar membatalkan seluruh amal pelakunya, sedang syirik kecil hanya membatalkan amal yang dicampuri syirik kecil sejak awal amal itu dikerjakan atau mendominasi seluruh proses pengerjaan amal tersebut.
Ketiga, syirik besar menyebabkan pelakunya kekal dalam neraka, sedang syrik kecil tidak menyebabkan kekekalan dalam neraka. Syirik kecil mempunyai dua kemungkinan : mengharuskan pelakunya masuk neraka atau tergantung kepada kehendak Allah, diampuni atau tetap dimasukkan ke dalam neraka.
Keempat, syirik besar menyebabkan darah dan harta pelakunya menjadi halal, sedang syirik kecil tidak demikian, pelakunya tetap dianggap muslim tetapi memiliki keimanan yang kurang dan dianggap fasiq dalam beragama.
Kelima, syirik besar dan syirik kecil sama-sama mendapatkan ancaman siksaan dari Allah dan bahwa keduanya merupakan dosa paling besar di antara seluruh dosa besar yang terbesar.
Keenam, syirik besar tidak dapat diampuni Allah sedang syirik kecil masih dapat diampuni Allah.
Oleh karena itu, dalam penjelasan macam-macam syirik ini, hanya akan dibahas dua macam syirik saja, yaitu syirik besar dan syirik kecil.

1.      Syirik Besar

Syirik besar adalah : sesorang menjadikan sekutu       selain Allah yang ia sembah dan taati sama seperti ia menyembah dan mentaati Allah. Syirik besar tidak akan diampuni Allah, bisa mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, dan menjadikannya kekal dalam neraka jika ia meningal dunia dan belum bertaubat dari padanya.
Syirik besar ada enam macam :

a.                       Syirik do’a : Yaitu berdo’a kepada selain Allah sama seperti berdo’a kepada Allah, baik sebagai permohonan maupun sebagai ibadah. Firman Allah :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (QS. Ghafir/40 : 60)
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ (5) وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ (6)
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?  Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (QS. Al-Ahqaf/46 : 5-6)

b.                       Syirik  niat, motivasi dan tujuan : Yaitu bahwa seorang hamba melakukan suatu pekerjaan dengan niat, motivasi dan tujuan mutlak selain Allah. Firman Allah :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16)
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan Sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang Telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang Telah mereka kerjakan. (QS. Hud/11 : 15-16)
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (163)
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". (QS. Al-An’am/6 : 162-163)

c.                        Syirik ketaatan : Yaitu  mentaati  syari’at dan hukum selain Allah  yang bertentangan dengan syari’at dan hukum Allah. Firman Allah :
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka Telah dibinasakan. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih. (QS. Asy-Syura’/42 : 21)
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, padahal mereka Hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. At-Taubah/9 : 31)
Maksud mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah adalah mereka mematuhi ajaran-ajaran orang-orang alim dan rahib-rahib mereka dengan membabi buta, biarpun orang-orang alim dan rahib-rahib itu menyuruh membuat maksiat atau mengharamkan yang halal.

d.                       Syirik mahabbah (kecintaan) : Yaitu seseorang mencintai sesuatu selain Allah sama dengan cintanya kepada Allah,  lebih banyak, atau lebih sedikit; kecintaan yang bisa menimbulkan kepasrahan dan ketundukan. Firman Allah :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (QS. Al-Baqarah/2:165)
قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At-Taubah/9 : 24)

e.                         Syirik takut : Yaitu rasa takut yang timbul dari asumsi atau keyakinan akan terjadinya suatu mudharat. Yang dimaksud dengan rasa takut di sini adalah puncak, ujung dan penghabisannya yang tidak boleh diberikan kecuali hanya kepada Allah. Firman Allah :
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS. Ali Imran/3 : 175)

f.                         Syirik tawakkal : Yaitu menyerahkan urusan sepenuhnya kepada selain Allah dan bergantung kepadanya dalam memperoleh suatu keinginan. Sebab menggantungkan dan penyerahan diri sepenuhnya harus diberikan hanya kepada Allah; karena hanya Allah-lah yang menghidupkan dan mematikan, memberikan manfaat dan mudharat. Oleh karena itu tawakkal merupakan salah satu bentuk ibadah, memberikannya kepada selain Allah adalah syirik. Firman Allah :
وَمَا لَنَا أَلَّا نَتَوَكَّلَ عَلَى اللَّهِ وَقَدْ هَدَانَا سُبُلَنَا وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَى مَا آَذَيْتُمُونَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ
Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal dia Telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. dan Hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri". (QS. Ibrahim/14 : 12)

2.      Syirik Kecil

Syirik kecil adalah  menyamakan sesuatu selain Allah dengan Allah dalam bentuk perkataan dan perbuatan. Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari Islam, tetapi  mengurangi kesempurnaan tauhid, termasuk dosa besar dan merupakan wasilah (perantara) kepada syirik besar.
Syirik kecil ada tiga macam :

a. Qauly (perkataan) : Yaitu syirik yang diucapkan dengan lisan, seperti bersumpah dengan selain Allah, mengucapkan : “Apa yang dikehendaki Allah dan aku”, “Hakim segala Hakim”, mengucapkan penghambaan kepada selain Allah seperti : “Abdun Naby” (hamba nabi, “AbdurRasul “ (hamba rasul).
b. Fi’ly (perbuatan) : Seperti meramal dan mendatangi dukun serta mempercayai ucapannya, berusaha menemukan pencuri dan semacamnya dengan bantuan dukun. Juga termasuk mempercayai astrolog dan paranormal.
c. Qalby (dalam hati) : Seperti riya’ (senang dilihat dalam beribadah), sum’ah (senang didengar dalam beribadah), dan mengharapkan dunia dalam berbagai amalnya.
Setiap jenis Syirik kecil dapat berubah menjadi syirik besar jika disertai dengan keyakinan hati, atau syirik kecil melandasi amalnya atau mendominasinya. Disertai dengan keyakinan hati misalnya dengan bersumpah kepada selain Allah dengan tingkat pengagungan yang sama dengan pengagungan kepada Allah. Sedangkan syirik kecil melandasi amal atau mendominasinya misalnya ketika riya’ melandasi awal perbuatan atau  mendominasinya, atau tujuan dunaiawinya dalam amal terlalu dominan dimana ia sebenarnya tidak mengharap keridhaan Allah.


0 komentar:

Posting Komentar